Posted by DKT ROHANI on Tuesday, November 27, 2018
Manusia diberikan anugerah oleh Allah SWT berupa akal dan
pikiran serta hati. Tidak lain, untuk berfikir. Dalam kajian Islam ada
istilah yang disebut dengan tafakur, tadabur dan tasyakur. Semuanya
merujuk pada urusan berfikir atau merenung serta imbasnya.
Ketiganya tentu saja memiliki perbedaan masing-masing. Secara sederhana, perbedaan itu dapat dijelaskan sebagai berikut:
Tafakur adalah kegiatan berfikir atau merenungkan segala penomena
yang terjadi di alam semesta. Baik itu dari suatu kejadian ataupun dari
suatu pengalaman inderawi. Dalam Qur’an surat Ali Imran ayat 190-191,
Allah SWT memerintahkan manusia untuk bertafakur:
“Sesungguhnnya semua manusia diperintahkan untuk bertafakur
menerenungkan tanda-tanda atau fenomena-fenomena alam ciptaan tuhan,
agar timbul kesadaran bahwa dibalik itu ada dzat yang maha kuasa, yang
maha agung, dan yang maha bijaksana yaitu sang pencipta, Allah SWT.”
Menuruut para sufi, Tafakur adalah cara untuk memperoleh pengetahuan
tentang tuhan dalam arti yang hakiki. Para Ulama mengatakan bahwa
tafakur itu ibarat pelita hati, sehingga dapat terlihat baik dan buruk
maupun manfaat dan madharat dari segala sesuatu.
Sedangkan tadabur adalah suatu gambaran penglihatan hati terhadap
akibat-akibat segala urusan. Baik tafakur maupun tadabur, keduanya
sama-sama dilakukan dengan menggunakan mata hati. Bedanya, tafakur
dilakukan untuk meneliti dalil atau indikator segala sesuatu hal,
sedangkan tadabur dilakukan untuk meneliti akibat-akibatnya.
Tasyakur artinya bersukur atas segala nikmat yang diberikan Allah
SWT. Tafakur dan Tadabur itulah yang akan mengantarkan manusia pada
tasyakur. Hasilnya, manusia akan pandai bersyukur dengan memanfa’atkan
nikmat yang diberikan padanya di jalan yang benar sesuai kehendak-Nya.