Posted by DKT ROHANI on Monday, August 6, 2018
Perbedaan antara Muslim dan Mu’min
Dalam akidah Islam, terdapat perbedaan yang signifikan antara Muslim
dan Mu’min. Muslim adalah orang yang telah mendapat Islam dan percaya
ajaran-ajarannya. sedangkan Mumin adalah seorang Muslim dengan lebih
tinggi derajat keimanannya, dengan hatinya memiliki rasa takut akan
Allah swt. dan selalu mematuhi ajaran dalam Quran. Dengan demikian,
setiap Mumin adalah seorang Muslim tapi tidak setiap Muslim adalah
seorang Mu’min. Ayat berikut ini membuat perbedaan antara seorang Muslim
dan beriman:
- Al Hujurat ayat 14: “Orang-orang Arab Badui itu berkata: “Kami telah
beriman”. Katakanlah: “Kamu belum beriman, tapi katakanlah ´kami telah
tunduk´, karena iman itu belum masuk ke dalam hatimu; dan jika kamu taat
kepada Allah dan Rasul-Nya, Dia tidak akan mengurangi sedikitpun pahala
amalanmu; sesungguhnya Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.”
-
- Mu’min adalah istilah Islam-Arab, sering dirujuk dalam Quran, secara
harfiah berarti “percaya”, dan menandakan seseorang yang memiliki
penyerahan sepenuhnya kepada kehendak Allah dan memiliki iman di hatinya
, yaitu “orang Muslim yang beriman”. Mukmin adalah
istilah Islam dalam bahasa Arab yang sering disebut dalam Al-Qur’an,
berarti “orang beriman”, dan merupakan seorang Muslim yang dapat
memenuhi seluruh kehendak Allah, dan memiliki iman kuat dalam hatinya.
Selain itu, ada pendapat lain yang menyatakan bahwa mu’min tidak
serta-merta berarti “orang beriman” namun orang yang menyerahkan dirinya
agar diatur dengan Din Islam. Selain itu, mu’min juga dapat dikatakan
orang yang memberikan keamanan atas Muslim.
Dalam Quran
- An Nisa’ ayat 136: “Wahai orang-orang yang beriman! Tetapkanlah iman
kamu kepada Allah dan RasulNya, dan kepada Kitab Al-Quran yang telah
diturunkan kepada RasulNya (Muhammad s.a.w) dan juga kepada Kitab-kitab
Suci yang telah diturunkan dahulu daripada itu. Dan sesiapa yang kufur
ingkar kepada Allah, dan Malaikat-malaikatNya, dan Kitab- kitabNya, dan
Rasul-rasulNya dan juga Hari Akhirat, maka sesungguhnya ia telah sesat
dengan kesesatan yang sejauh-jauhnya.”
- Ayat ini membahas orang beriman, mendorong mereka untuk beriman, menyiratkan berbagai langkah dalam keyakinan.
Dalam Al-Qur’an dijelaskan:
- “Orang-orang Arab Badui itu berkata: “Kami telah beriman”.
Katakanlah: “Kamu belum beriman, tetapi katakanlah “kami telah tunduk”,
karena iman itu belum masuk ke dalam hatimu; dan jika kamu taat kepada
Allah dan rasul-Nya, Dia tidak akan mengurangi sedikitpun pahala
amalanmu; sesungguhnya Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.” (Surah
Al-Hujurat [49]:14)”
Ayat ini menjelaskan perbedaan antara seorang Muslim dan orang beriman.
Juga:
- “Wahai orang-orang yang beriman, tetaplah beriman kepada Allah dan
rasul-Nya dan kepada kitab yang Allah turunkan kepada rasul-Nya serta
kitab yang Allah turunkan sebelumnya. Barangsiapa yang kafir kepada
Allah, malaikat-malaikat-Nya, kitab-kitab-Nya, rasul-rasul-Nya, dan hari
kemudian, maka sesungguhnya orang itu telah sesat sejauh-jauhnya.
(Surah An-Nisa’ [4]:136)”
- Ayat ini mengacu pada orang yang beriman, yang diperintah untuk tetap beriman, dan menjelaskan banyaknya syarat-syarat beriman.
Perbedaan antara orang beriman dan orang yang tunduk adalah salah
satu poin penting dalam munculnya ajaran tasawuf yang menitik beratkan
pada keimanan yang bersifat bathin (qalbu). Tasawuf sendiri adalah ilmu
dan tatacara (practice) untuk mencapai maqam yakin tersebut, selain
maqam para pecinta Allah. Mereka mengetahui rahasia-rahasia hati dan
paham mengenai teori dasar psikoanalis yakni alam sadar dan alam bawah
sadar (hati).
“Sesungguhnya hati hanya bisa ditundukkan dengan
keyakinan” (Al-Ghazali/Ihya Ulumuddin)
Pemahaman akan perbedaan antara orang yang tunduk dan orang yang
beriman dalam qalbu (hati) dapat semakin dimengerti dengan mempelajari
teori psikoanalisis, bahwa manusia itu memiliki dua komponen penting
dalam dirinya, yakni alam sadar dan alam bawah sadar. Alam bawah sadar
(subconsciousness) adalah tempat munculnya hasrat (hawa nafsu) dan
emosi.
Dalam psikoanalisis, keyakinan terdalam itu terletak pada alam
bawah sadar dan keyakinan inilah yang akan menggerakkan hasrat kita.
Sebagai contoh jika keyakinan dalam alam bawah sadar mengatakan bahwa
“harta adalah parameter kemuliaan” maka hasrat kita akan berusaha
mencari harta, namun keyakinan pada alam bawah sadar mengatakan bahwa
“Allah adalah parameter kemuliaan”, maka otomatis hasrat akan mencari
Allah. Dalilnya, nabi bersabda: “Tidak sempurna iman kalian sebelum
hawa nafsunya mengikuti apa yang kubawa.” (HR Ahmad dan Al-Thabrari).