“Dan janganlah kamu berjalan di muka
bumi ini dengan sombong, karena sesungguhnya kamu sekali-kali tidak
dapat menembus bumi dan sekali-kali kamu tidak akan sampai setinggi
gunung”
Ayat diatas adalah salah satu ayat Al-Quran yang melarang manusia
untuk memiliki sifat sombong. Dalam hal ini, islam ternyata memberikan
perintah agar manusia menyadari bahwa dirinya setinggi dan sehabat
apapun dia tidak akan melampaui ciptaan Allah seperti bumi dan gunung.
Tentu saja sikap sombong yang dilarang oleh Al-Quran ini, tidak layak
untuk diterapkan manusia sebagai makhluk Allah yang kecil, hina, dan
tidak berdaya tanpa ada bantuan Allah SWT.
Tujuan Penciptaan Manusia dalam Islam adalah sebagai khalifah fil ard yang ditunjuk untuk mengelola bumi dan diberikan perangkat hidup.
Tujuan Hidup Menurut Islam
sendiri tentunya membuat manusia dengan segala perangkatnya tidak boleh
berbuat sombong, karena perangkat hidup tersebut hanya sementara dan
akan kembali kepada Allah.
Bentuk-Bentuk Sikap Sombong dalam Al-Quran
Fungsi Agama dan
Fungsi Al-quran Bagi Umat Manusia tentunya harus dijalankan oleh setiap manusia. Di dalam ajaran islam dan Al Quran terdapat alrangan untuk bersikap sombong.
Sifat Sombong Dalam Islam adalah
sikap yang tentunya diharamkan dan tidak sama sekali dicontohkan oleh
Rasulullah SAW. Di dalam Al-Quran terdapat beberapa contoh bentuk atau
perilaku yang dapat dikatakan mengarah pada kesombongan. Hal ini tentu
dilarang untuk diterapkan bagi setiap muslim karena dapat mengantarkan
manusia kepada sikap yang dibenci Allah SWT.
- Larangan Bersikap Angkuh
Di dalam ajaran islam, bentuk perilaku dan moral manusia senantiasa
diatur, disampaikan, dan dicontohkan langsung oleh Rasulullah SAW. Salah
satu sikap atau moral yang dibenci oleh Allah adalah sikap sombong pada
manusia. Hal ini juga disampaikan oleh Allah dalam Al-Quran, sebagai
berikut.
“Dan janganlah kamu memalingkan mukamu dari manusia (karena
sombong) dan janganlah kamu berjalan di muka bumi dengan angkuh.
Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang sombong lagi
membanggakan diri” ( QS Luqman : 108 )
Dari ayat diatas, ditunjukkan oleh Allah bahwa manusia tidak boleh
memiliki sikap angkuh sebagaimana ia merasa bahwa dirinya paling hebat
dan paling berpengaruh di muka bumi. Sikap membanggakan diri pun juga
dilarang oleh Allah karena jika berlebihan, manusia tidak akan bisa
mengevaluasi diri dan senantiasa menganggap dirinyalah yang benar.
Sikap-sikap seperti inilah tentunya yang didukung oleh setan.
- Larangan Membanggakan Diri dan Terlalu Gembira
“(Kami jelaskan yang demikian itu) supaya kamu jangan berduka
cita terhadap apa yang luput dari kamu, dan supaya kamu jangan terlalu
gembira terhadap apa yang diberikan-Nya kepadamu. Dan Allah tidak
menyukai setiap orang yang sombong lagi membanggakan diri.” (QS Al Hadid : 23)
Sikap membanggakan diri dan terlalu bergembira dapat membawa
seseorang kepada sikap sombong dan angkuh. Sebagaimana perintah Allah,
jika manusia diberikan kegembiraan dna rezeki yang banyak maka sikap
seharusnya adalah bersyukur dan meminta kepada Allah agar dijaga dari
rezeki yang haram. Kegembiraan berlebihan dan kebanggan terhadap diri
berlebihan akan membawakan pada sikap sulit untuk menerima masukan dan
tidak mau evaluasi diri.
- Memperdebatkan Al-Quran
“(Yaitu) orang-orang yang memperdebatkan ayat-ayat Allah tanpa
alasan yang sampai kepada mereka. Amat besar kemurkaan (bagi mereka) di
sisi Allah dan di sisi orang-orang yang beriman. Demikianlah Allah
mengunci mati hati orang yang sombong dan sewenang-wenang” (QS Al Mukmin : 35)
Ayat ini menunjukkan bahwa manusia dilarang untuk memperdebatkan
ayat-ayat Allah tanpa alasan yang jelas, apalag hanya untuk sekedar
membanggakan hasil pemikiran sendiri. Orang-orang seperti ini tentu
sangat dekat dengan kesombongan. Orientasi dari memperdebatkan Al-Quran
pada umumnya hanya sekedar untuk mempertahankan argumen masing-masing
bukan untuk orientasi pencarian kebenaran. Untuk itu, hal ini tentunya
sangat berkaitan dengan sikap kesombongan sebagaimana ayat Al-Quran
sampaikan.
- Orang yang Tidak Sombong selalu Percaya kepada Ayat-Ayat Allah
“Sesungguhnya orang yang benar-benar percaya kepada ayat-ayat
Kami adalah mereka yang apabila diperingatkan dengan ayat-ayat itu
mereka segera bersujud seraya bertasbih dan memuji Rabbnya, dan lagi
pula mereka tidaklah sombong.” (QS Assajjadah : 15)
Orang-orang yang percaya kepada ayat-ayat Allah sejatinya bukanlah
orang yang sombong. Orang-orang yang percaya kepada Allah senantiasa
bersujud dan menyadari akan Tuhannya sehingga tidak ada hal yang harus
mereka sombongkan, banggakan berlebihan, atau dijadikan sebagai alat
untuk membuat dirinya angkuh. Orang-orang seperti ini adalah orang-orang
yang akan selalu tunduk pada kebesaran ayat-ayat Allah baik tertulis
ataupun tidak tertulis, karena hatinya tidak ada sedikitpun sikap
sombong.
Contoh Kesombongan dalam Al-Quran
Di dalam Al-Quran sikap kesombongan sering kali dikaitkan dengan
seorang pemimpin yang zalim, senantiasa membanggakan diri, bahkan tidak
mau tunduk dan mengikuti aturan yang telah Allah berikan. Ia menolak
mentah-mentah ajakan Nabi Musa untuk menyembah Allah dan menjauhi segala
perilaku kezaliman yang telah dia lakukan untuk Bani Israil. Untuk itu,
dalam Al-Quran dijelaskan beberapa ayat Al-Quran mengenai hal tersebut.
“kepada Fir’aun dan pembesar-pembesar kaumnya, maka mereka ini takbur dan mereka adalah orang-orang yang sombong.” (QS Al Mu’minuun : 6)
Dalam ayat tersebut jelas bahwa Allah memberikan informasi bahwa
Fir’aun dan pembesar kaumnya adalah orang-orang yang sombong dan
takabur. Mereka bangga atas suku mereka sendiri dan tidak mau mengikuti
jalan kebenaran yang telah ditunjukkan.
“dari (azab) Fir’aun. Sesungguhnya dia adalah orang yang sombong, salah seorang dari orang-orang yang melampaui batas.” (QS Ad Dukhaan : 31)
Firaun dianggap sebagai orang yang sombong dan melampaui batas. Hal ini tercatat dalam
sejarah peradaban islam dan
sejarah islam dunia .
Peninggalan sejarah islam
di dunia tentunya tidak akan lupa akan sejarah firaub tersebut. Untuk
itu kesombongannya menjadi hal yang membuat dia terjerumus ke dalam
jurang kesesatan. Kesombongannya pun juga menjadikan dia hancur di
tengah-tengah kaum-nya. Walaupun telah nyata-nyata bukti yang dibawakan
nabi Musa Firaun tetap menolak dan menyombongkan bahkan menganggap
dirinya adalah Tuhan yang harus disembah dan diikuti oleh kaumnya.
Padahal kita ketahui bahwa
manfaat beriman kepada Allah SWT dan
Fungsi Iman Kepada Allah SWT
sangatlah banyak sekali. Sejatinya bukan Allah yang membutuhkan
manusia, melainkan kita yang membutuhkan Allah SWT. Menjalankan
rukun iman dan
rukun islam tentunya bukan sekedar kewajiban melainkan kebutuhan manusia.
“dan (juga) Karun, Fir’aun dan Haman. Dan sesungguhnya telah
datang kepada mereka Musa dengan (membawa bukti-bukti)
keterangan-keterangan yang nyata. Akan tetapi mereka berlaku sombong di
(muka) bumi, dan tiadalah mereka orang-orang yang luput dari kehancuran
itu.” (QS Al Ankabut : 39)
Untuk itu, umat islam tentunya dilarang bersikap sombong. Sikap
sombong dalam islam tentunya mengarahkan manusia menjauhi nilai yang
benar dan akan bersikap angkuh sebagaimana contohnya Firaun. Raja zalim
yang sewenang wenang dan tidak mau untuk tunduk kepada Allah SWT.
Konsep Manusia dalam Islam dan
Hakikat Manusia Menurut Islam
sejatinya adalah makhluk lemah dan tidak berdaya. Untuk itu, tidak
sepantasnya manusia bersikap sewenang-wenang dan sombong apalagi
dihadapan Allah SWT.
Istiqomah dalam Islam
tentu bukan hal mudah, namun jika dilakukan degan kesungguhan, manusia
akan terhindar dari sikap sombong yang dapat menjerumuskan manusia pada
jurang kesesatan tersebut.