Sholat taubat adalah cara untuk meraih salah satu amal yang paling
tinggi derajatnya di sisi Allah, yaitu taubat nasuha. Taubat adalah
sikap menerima setiap kesalahan yang kita lakukan dan menyesalinya,
serta berjanji untuk tidak mengulanginya kembali.
Allah telah menciptakan manusia dengan segala kelebihan dan
kekurangannya. Allah mendesain manusia dengan berbagai keterbatasan
bukan berarti tanpa tujuan. Disini terkandung hikmah yang besar, yang
dengannya kita bisa menggali banyak pelajaran.
Pengertian Taubat Nasuha
Secara bahasa taubat artinya kembali, sementara secara istilah taubat berarti kembali kepada Allah, kembali pada syariat-Nya, mengakui segala bentuk kesalahannya dan menyesalinya, serta berjanji tidak akan mengulanginya kembali.
Allah berfirman,
يَـٰٓأَيُّہَا ٱلَّذِينَ ءَامَنُواْ
تُوبُوٓاْ إِلَى ٱللَّهِ تَوۡبَةً۬ نَّصُوحًا عَسَىٰ رَبُّكُمۡ أَن
يُكَفِّرَ عَنكُمۡ سَيِّـَٔاتِكُمۡ وَيُدۡخِلَڪُمۡ جَنَّـٰتٍ۬ تَجۡرِى مِن
تَحۡتِهَا ٱلۡأَنۡهَـٰرُ يَوۡمَ لَا
يُخۡزِى ٱللَّهُ ٱلنَّبِىَّ
وَٱلَّذِينَ ءَامَنُواْ مَعَهُ ۥۖ نُورُهُمۡ يَسۡعَىٰ بَيۡنَ أَيۡدِيہِمۡ
وَبِأَيۡمَـٰنِہِمۡ يَقُولُونَ رَبَّنَآ أَتۡمِمۡ لَنَا نُورَنَا وَٱغۡفِرۡ لَنَآۖ إِنَّكَ عَلَىٰ ڪُلِّ شَىۡءٍ۬ قَدِيرٌ۬
Hai orang-orang yang beriman, bertaubatlah kepada Allah dengan taubatan nasuhaa (taubat yang semurni-murninya).
Mudah-mudahan Rabbmu akan menutupi kesalahan-kesalahanmu dan
memasukkanmu ke dalam jannah yang mengalir di bawahnya sungai-sungai,
pada hari ketika Allah tidak menghinakan Nabi dan orang-orang mukmin
yang bersama dia; sedang cahaya mereka memancar di hadapan dan di
sebelah kanan mereka, sambil mereka mengatakan: “Ya Rabb kami,
sempurnakanlah bagi kami cahaya kami dan ampunilah kami; Sesungguhnya
Engkau Maha Kuasa atas segala sesuatu”. (QS. At Tahrim : 8)
Sholat Taubat
Sebagai salah satu bentuk penyempurnaan dalam proses taubat kita,
maka empat madzhab fiqih menganjurkan untuk melaksanakan sholat taubat.
Sholat taubat adalah bukti keseriusan kita bahwa kita benar-benar ingin
bertaubat dan segala dosa kita benar-benar ingin diampuni.
Sholat taubat sendiri hukumnya sunnah, berdasarkan hadist dari Abu
Bakar ra., Rasulullah SAW bersabda, “Tidaklah seorang hamba melakukan
shalat dua rakaat kemudian meminta ampun kepada Allah, kecuali Allah
akan mengampuninya.” Kemudian beliau membaca ayat ini. “Dan (juga)
orang-orang yang apabila mengerjakan perbuatan keji atau menganiaya diri
sendiri, mereka ingat akan Allah, lalu memohon ampun terhadap dosa-dosa
mereka dan siapa lagi yang dapat mengampuni dosa selain dari pada
Allah? Dan mereka tidak meneruskan perbuatan kejinya itu, sedang mereka
mengetahui.” (QS. Ali Imron : 135) (HR. Tirmidzi)
Waktu Pelaksanaan Sholat
Sholat taubat termasuk sholat sunnah yang dikerjakan hanya apabila
ada kejadian-kejadian tertentu yang menjadi penyebabnya. Sholat dangan
karakteristik seperti ini juga ditemukan pada sholat hajat dan
istikhoroh. Sholat dengan karakteristik ini juga secara khusus tidak ada
pembatasan waktu pengerjaannya.
Niat
Niat sholat taubat adalah dengan menghadirkan keinginan untuk taubat dari berbagai kesalahan terlebih dahulu. Kemudian dilanjutkan dengan berwudhu dan melaksanakan sholat 2 rakaat.
Adapun secara rukunnya, niat itu bertempat dihati sehingga hadirnya
keinginan dan azzam untuk melaksanakan sholat taubat sebenarnya sudah
cukup dikategorikan sebagai niat. Namun untuk menegaskan kembali bisa di
lafazkan dengan lafaz yang telah diajarkan oleh para ulama.
أُصَلِّى سُنَّةَ التَّوْبَةَ رَكْعَتَيْنِ لِلهِ تَعَالَى
Ushalli Sunnatat Taubata Rak’ataini Lillahi Ta’ala
Tata Cara Sholat
Sebagaimana yang disebutkan dalam hadist, hendaknya sebelum
melaksanakan sholat taubat didahului dengan bersuci dengan baik. Jika ia
bertaubat dari keadaan kafir atau non-muslim maka disunnahkan untuk
melakukan mandi besar, sedangkan jika untuk bertaubat dari dosa-dosa
yang lainnya cukup diawali dengan wudhu.
Sholat taubat sendiri dilaksanakan sebanyak 2 rakaat dengan rukun sebagaimana
sholat seperti biasa. Namun jika mau, kita bisa memperpanjang sujud
terakhir untuk secara khusus bermunajat dan mengakui berbagai dosa kita
serta memohon ampunan dengan segala kerendahan diri dihadapan Allah SWT.
Sebagaimana seperti yang disebutkan dalam hadist,
“Yang paling dekat antara seorang hamba dengan Rabbnya adalah ketika ia sujud, maka perbanyaklah do’a ketika itu.”(HR. Muslim)
Do’a Sholat Taubat 1
استغفرالله العظيم الذى لااله الاهو الحي القيوم واتوب اليه توبة عبد ظالم لايملك لنفسه ضراولا نفعا ولاموتا ولاحياة ولانشورا.
Artinya : saya memohon ampunan kepada Allah Yang Maha Agung, saya
bersaksi bahwa tidak ada Tuhan melainkan Allah, Tuhan yang senantiasa
hidup dan mengawasi, saya memohon taubat kepada-Nya sebagaimana
taubatnya hamba yang dholim yang berdosa tidak memiliki daya upaya untuk
berbuat mudharat atau manfaat untuk mati atau hidup maupun bangkit
nanti.
Do’a Sholat Taubat 2
أللَّهُمَّ أَنْتَ رَبِّيْ لاَ إِلَـهَ إِلاَّ أَنْتَ،
خَلَقْتَنِيْ وَأَنَا عَبْدُكَ، وَأَنَا عَلَى عَهْدِكَ وَوَعْدِكَ مَا
اسْتَطَعْتُ، أَعُوْذُ بِكَ مِنْ شَرِّ مَا صَنَعْتُ، أَبُوْءُ لَكَ
بِنِعْمَتِكَ عَلَيَّ، وَأَبُوْءُ بِذَنْبِيْ فَاغْفِرْ لِيْ فَإِنَّهُ لاَ يَغْفِرُ الذُّنُوْبَ إِلاَّ أَنْتَ
Ya Allah, Engkaulah Tuhan kami, tiada Tuhan melainkan Engkau yang
telah menciptakan aku, dan akulah hamba-Mu. Dan aku pun dalam ketentuan
serta janji-Mu yg sedapat mungkin aku lakukan. Aku berlindung kepada-Mu
dari segala kejahatan yg telah aku lakukan, aku mengakui nikmat-Mu yang
Engkau limpahkan kepadaku, dan aku mengakui dosaku, karena itu berilah
ampunan kepadaku, sebab tiada yg dapat memberi ampunan kecuali Engkau
sendiri. Aku memohon perlindungan Engkau dari segala kejahatan yg telah
aku lakukan.
Sudah
sepantasnya bagi seorang muslim untuk bersemangat melakukan ketaatan
kepada Allah Ta’ala, mendekatkan diri pada-Nya, dan tidak terjerumus
dalam kubangan maksiat. Namun bagaimana jika seseorang terlanjur
terjerumus dalam dosa? Jawabnya, ia punya kewajiban untuk bersegera
bertaubat dan kembali pada Allah. Dan Rasulullah
shallallahu ‘alaihi wa sallam sendiri menyunnahkan shalat taubat ketika seseorang benar-benar ingin bertaubat.
[1] Berikut tuntunannya.
Shalat taubat adalah shalat yang disunnahkan berdasarkan kesepakatan empat madzhab
[2]. Hal ini berdasarkan hadits Abu Bakr Ash Shiddiq, Rasulullah
shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
«
مَا مِنْ عَبْدٍ يُذْنِبُ ذَنْبًا فَيُحْسِنُ الطُّهُورَ ثُمَّ يَقُومُ
فَيُصَلِّى رَكْعَتَيْنِ ثُمَّ يَسْتَغْفِرُ اللَّهَ إِلاَّ غَفَرَ اللَّهُ
لَهُ ». ثُمَّ قَرَأَ هَذِهِ الآيَةَ (وَالَّذِينَ إِذَا فَعَلُوا
فَاحِشَةً أَوْ ظَلَمُوا أَنْفُسَهُمْ ذَكَرُوا اللَّهَ) إِلَى آخِرِ
الآيَةِ
“
Tidaklah seorang hamba melakukan dosa kemudian ia bersuci dengan
baik, kemudian berdiri untuk melakukan shalat dua raka’at kemudian
meminta ampun kepada Allah, kecuali Allah akan mengampuninya.” Kemudian
beliau membaca ayat ini: “Dan (juga) orang-orang yang apabila
mengerjakan perbuatan keji atau menganiaya diri sendiri, mereka ingat
akan Allah, lalu memohon ampun terhadap dosa-dosa mereka dan siapa lagi
yang dapat mengampuni dosa selain dari pada Allah? Dan mereka tidak
meneruskan perbuatan kejinya itu, sedang mereka mengetahui.
[3]” (HR. Tirmidzi no. 406, Abu Daud no. 1521, Ibnu Majah no. 1395. Syaikh Al Albani mengatakan bahwa hadits ini
shahih)
[4].
Meskipun sebagian ulama mendhoifkan hadits ini, namun kandungan ayat
(Ali Imron ayat 135) sudah mendukung disyariatkannya shalat taubat.
[5]
Shalat taubat ini bisa cukup dengan
dua raka’at dan cukup niat dalam hati, tanpa perlu melafazhkan niat tertentu.
Kapan waktu pelaksanaan? Tidak ada keterangan waktu pelaksanaannya,
boleh dilakukan siang atau malam hari. Bahkan di waktu terlarang untuk
shalat sekalipun, seseorang boleh melakukannya. Ibnu Taimiyah
rahimahullah berkata,
وَكَذَلِكَ
صَلَاةُ التَّوْبَةِ فَإِذَا أَذْنَبَ فَالتَّوْبَةُ وَاجِبَةٌ عَلَى
الْفَوْرِ وَهُوَ مَنْدُوبٌ إلَى أَنْ يُصَلِّيَ رَكْعَتَيْنِ ثُمَّ
يَتُوبَ كَمَا فِي حَدِيثِ أَبِي بَكْرٍ الصِّدِّيقِ
“Demikian pula shalat taubat (termasuk shalat yang memiliki sebab dan
harus segera dilakukan, sehingga boleh dilakukan meskipun waktu
terlarang untuk shalat
[6]).
Jika seseorang berbuat dosa, maka taubatnya itu wajib, yaitu wajib
segera dilakukan. Dan disunnahkan baginya untuk melaksanakan shalat
taubat sebanyak dua raka’at. Lalu ia bertaubat sebagaimana keterangan
dalam hadits Abu Bakr Ash Shiddiq.”
[7]
Setelah seseorang mengetahui shalat taubat, ia pun harus memenuhi
syarat-syarat taubat. Apa saja syarat-syaratnya? Secara ringkas
dikatakan oleh para ulama sebagaimana disampaikan Ibnu Katsir,
“Menghindari dosa untuk saat ini.
Menyesali dosa yang telah lalu. Bertekad tidak melakukannya lagi di masa
akan datang. Lalu jika dosa tersebut berkaitan dengan hak sesama
manusia, maka ia harus menyelesaikannya/ mengembalikannya.”[8]
Secara lebih rinci, syarat-syarat taubat adalah:
1. Taubat dilakukan dengan ikhlas, bukan karena makhluk atau untuk tujuan duniawi.
2. Menyesali dosa yang telah dilakukan dahulu sehingga ia pun tidak
ingin mengulanginya kembali. Sebagaimana dikatakan oleh Malik bin Dinar,
“
Menangisi dosa-dosa itu akan menghapuskan dosa-dosa sebagaimana angin mengeringkan daun yang basah.”
[9] ‘Umar, ‘Ali dan Ibnu Mas’ud mengatakan bahwa taubat adalah dengan menyesal.
[10]
3. Tidak terus menerus dalam berbuat dosa saat ini. Maksudnya,
apabila ia melakukan keharaman, maka ia segera tinggalkan dan apabila ia
meninggalkan suatu yang wajib, maka ia kembali menunaikannya. Dan jika
berkaitan dengan hak manusia, maka ia segera menunaikannya atau meminta
maaf.
4. Bertekad untuk tidak mengulangi dosa tersebut di masa akan datang
karena jika seseorang masih bertekad untuk mengulanginya maka itu
pertanda bahwa ia tidak benci pada maksiat. Hal ini sebagaimana tafsiran
sebagian ulama yang menafsirkan taubat adalah bertekad untuk tidak
mengulanginya lagi.
[11]
5. Taubat dilakukan pada waktu diterimanya taubat yaitu sebelum
datang ajal atau sebelum matahari terbit dari arah barat. Jika dilakukan
setelah itu, maka taubat tersebut tidak lagi diterima.
[12]
Allah Ta’ala berfirman,
يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آَمَنُوا تُوبُوا إِلَى اللَّهِ تَوْبَةً نَصُوحًا
“Hai orang-orang yang beriman, bertaubatlah kepada Allah dengan taubatan nasuhaa (taubat yang semurni-murninya).” (QS. At Tahrim: 8)
Semoga Allah mudahkan kita untuk selalu taat kepada-Nya dan menjauhi
setiap dosa serta menjadikan kita hamba-hamba yang gemar bertaubat atas
dosa yang tidak bosan-bosannya dilakukan.
Amiin Yaa Mujibas Saailin.
Baca Selengkapnya :
https://rumaysho.com/1647-anjuran-shalat-taubat.html
Sudah
sepantasnya bagi seorang muslim untuk bersemangat melakukan ketaatan
kepada Allah Ta’ala, mendekatkan diri pada-Nya, dan tidak terjerumus
dalam kubangan maksiat. Namun bagaimana jika seseorang terlanjur
terjerumus dalam dosa? Jawabnya, ia punya kewajiban untuk bersegera
bertaubat dan kembali pada Allah. Dan Rasulullah
shallallahu ‘alaihi wa sallam sendiri menyunnahkan shalat taubat ketika seseorang benar-benar ingin bertaubat.
[1] Berikut tuntunannya.
Shalat taubat adalah shalat yang disunnahkan berdasarkan kesepakatan empat madzhab
[2]. Hal ini berdasarkan hadits Abu Bakr Ash Shiddiq, Rasulullah
shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
«
مَا مِنْ عَبْدٍ يُذْنِبُ ذَنْبًا فَيُحْسِنُ الطُّهُورَ ثُمَّ يَقُومُ
فَيُصَلِّى رَكْعَتَيْنِ ثُمَّ يَسْتَغْفِرُ اللَّهَ إِلاَّ غَفَرَ اللَّهُ
لَهُ ». ثُمَّ قَرَأَ هَذِهِ الآيَةَ (وَالَّذِينَ إِذَا فَعَلُوا
فَاحِشَةً أَوْ ظَلَمُوا أَنْفُسَهُمْ ذَكَرُوا اللَّهَ) إِلَى آخِرِ
الآيَةِ
“
Tidaklah seorang hamba melakukan dosa kemudian ia bersuci dengan
baik, kemudian berdiri untuk melakukan shalat dua raka’at kemudian
meminta ampun kepada Allah, kecuali Allah akan mengampuninya.” Kemudian
beliau membaca ayat ini: “Dan (juga) orang-orang yang apabila
mengerjakan perbuatan keji atau menganiaya diri sendiri, mereka ingat
akan Allah, lalu memohon ampun terhadap dosa-dosa mereka dan siapa lagi
yang dapat mengampuni dosa selain dari pada Allah? Dan mereka tidak
meneruskan perbuatan kejinya itu, sedang mereka mengetahui.
[3]” (HR. Tirmidzi no. 406, Abu Daud no. 1521, Ibnu Majah no. 1395. Syaikh Al Albani mengatakan bahwa hadits ini
shahih)
[4].
Meskipun sebagian ulama mendhoifkan hadits ini, namun kandungan ayat
(Ali Imron ayat 135) sudah mendukung disyariatkannya shalat taubat.
[5]
Shalat taubat ini bisa cukup dengan
dua raka’at dan cukup niat dalam hati, tanpa perlu melafazhkan niat tertentu.
Kapan waktu pelaksanaan? Tidak ada keterangan waktu pelaksanaannya,
boleh dilakukan siang atau malam hari. Bahkan di waktu terlarang untuk
shalat sekalipun, seseorang boleh melakukannya. Ibnu Taimiyah
rahimahullah berkata,
وَكَذَلِكَ
صَلَاةُ التَّوْبَةِ فَإِذَا أَذْنَبَ فَالتَّوْبَةُ وَاجِبَةٌ عَلَى
الْفَوْرِ وَهُوَ مَنْدُوبٌ إلَى أَنْ يُصَلِّيَ رَكْعَتَيْنِ ثُمَّ
يَتُوبَ كَمَا فِي حَدِيثِ أَبِي بَكْرٍ الصِّدِّيقِ
“Demikian pula shalat taubat (termasuk shalat yang memiliki sebab dan
harus segera dilakukan, sehingga boleh dilakukan meskipun waktu
terlarang untuk shalat
[6]).
Jika seseorang berbuat dosa, maka taubatnya itu wajib, yaitu wajib
segera dilakukan. Dan disunnahkan baginya untuk melaksanakan shalat
taubat sebanyak dua raka’at. Lalu ia bertaubat sebagaimana keterangan
dalam hadits Abu Bakr Ash Shiddiq.”
[7]
Setelah seseorang mengetahui shalat taubat, ia pun harus memenuhi
syarat-syarat taubat. Apa saja syarat-syaratnya? Secara ringkas
dikatakan oleh para ulama sebagaimana disampaikan Ibnu Katsir,
“Menghindari dosa untuk saat ini.
Menyesali dosa yang telah lalu. Bertekad tidak melakukannya lagi di masa
akan datang. Lalu jika dosa tersebut berkaitan dengan hak sesama
manusia, maka ia harus menyelesaikannya/ mengembalikannya.”[8]
Secara lebih rinci, syarat-syarat taubat adalah:
1. Taubat dilakukan dengan ikhlas, bukan karena makhluk atau untuk tujuan duniawi.
2. Menyesali dosa yang telah dilakukan dahulu sehingga ia pun tidak
ingin mengulanginya kembali. Sebagaimana dikatakan oleh Malik bin Dinar,
“
Menangisi dosa-dosa itu akan menghapuskan dosa-dosa sebagaimana angin mengeringkan daun yang basah.”
[9] ‘Umar, ‘Ali dan Ibnu Mas’ud mengatakan bahwa taubat adalah dengan menyesal.
[10]
3. Tidak terus menerus dalam berbuat dosa saat ini. Maksudnya,
apabila ia melakukan keharaman, maka ia segera tinggalkan dan apabila ia
meninggalkan suatu yang wajib, maka ia kembali menunaikannya. Dan jika
berkaitan dengan hak manusia, maka ia segera menunaikannya atau meminta
maaf.
4. Bertekad untuk tidak mengulangi dosa tersebut di masa akan datang
karena jika seseorang masih bertekad untuk mengulanginya maka itu
pertanda bahwa ia tidak benci pada maksiat. Hal ini sebagaimana tafsiran
sebagian ulama yang menafsirkan taubat adalah bertekad untuk tidak
mengulanginya lagi.
[11]
5. Taubat dilakukan pada waktu diterimanya taubat yaitu sebelum
datang ajal atau sebelum matahari terbit dari arah barat. Jika dilakukan
setelah itu, maka taubat tersebut tidak lagi diterima.
[12]
Allah Ta’ala berfirman,
يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آَمَنُوا تُوبُوا إِلَى اللَّهِ تَوْبَةً نَصُوحًا
“Hai orang-orang yang beriman, bertaubatlah kepada Allah dengan taubatan nasuhaa (taubat yang semurni-murninya).” (QS. At Tahrim: 8)
Semoga Allah mudahkan kita untuk selalu taat kepada-Nya dan menjauhi
setiap dosa serta menjadikan kita hamba-hamba yang gemar bertaubat atas
dosa yang tidak bosan-bosannya dilakukan.
Amiin Yaa Mujibas Saailin.
Baca Selengkapnya :
https://rumaysho.com/1647-anjuran-shalat-taubat.html
Sudah
sepantasnya bagi seorang muslim untuk bersemangat melakukan ketaatan
kepada Allah Ta’ala, mendekatkan diri pada-Nya, dan tidak terjerumus
dalam kubangan maksiat. Namun bagaimana jika seseorang terlanjur
terjerumus dalam dosa? Jawabnya, ia punya kewajiban untuk bersegera
bertaubat dan kembali pada Allah. Dan Rasulullah
shallallahu ‘alaihi wa sallam sendiri menyunnahkan shalat taubat ketika seseorang benar-benar ingin bertaubat.
[1] Berikut tuntunannya.
Shalat taubat adalah shalat yang disunnahkan berdasarkan kesepakatan empat madzhab
[2]. Hal ini berdasarkan hadits Abu Bakr Ash Shiddiq, Rasulullah
shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
«
مَا مِنْ عَبْدٍ يُذْنِبُ ذَنْبًا فَيُحْسِنُ الطُّهُورَ ثُمَّ يَقُومُ
فَيُصَلِّى رَكْعَتَيْنِ ثُمَّ يَسْتَغْفِرُ اللَّهَ إِلاَّ غَفَرَ اللَّهُ
لَهُ ». ثُمَّ قَرَأَ هَذِهِ الآيَةَ (وَالَّذِينَ إِذَا فَعَلُوا
فَاحِشَةً أَوْ ظَلَمُوا أَنْفُسَهُمْ ذَكَرُوا اللَّهَ) إِلَى آخِرِ
الآيَةِ
“
Tidaklah seorang hamba melakukan dosa kemudian ia bersuci dengan
baik, kemudian berdiri untuk melakukan shalat dua raka’at kemudian
meminta ampun kepada Allah, kecuali Allah akan mengampuninya.” Kemudian
beliau membaca ayat ini: “Dan (juga) orang-orang yang apabila
mengerjakan perbuatan keji atau menganiaya diri sendiri, mereka ingat
akan Allah, lalu memohon ampun terhadap dosa-dosa mereka dan siapa lagi
yang dapat mengampuni dosa selain dari pada Allah? Dan mereka tidak
meneruskan perbuatan kejinya itu, sedang mereka mengetahui.
[3]” (HR. Tirmidzi no. 406, Abu Daud no. 1521, Ibnu Majah no. 1395. Syaikh Al Albani mengatakan bahwa hadits ini
shahih)
[4].
Meskipun sebagian ulama mendhoifkan hadits ini, namun kandungan ayat
(Ali Imron ayat 135) sudah mendukung disyariatkannya shalat taubat.
[5]
Shalat taubat ini bisa cukup dengan
dua raka’at dan cukup niat dalam hati, tanpa perlu melafazhkan niat tertentu.
Kapan waktu pelaksanaan? Tidak ada keterangan waktu pelaksanaannya,
boleh dilakukan siang atau malam hari. Bahkan di waktu terlarang untuk
shalat sekalipun, seseorang boleh melakukannya. Ibnu Taimiyah
rahimahullah berkata,
وَكَذَلِكَ
صَلَاةُ التَّوْبَةِ فَإِذَا أَذْنَبَ فَالتَّوْبَةُ وَاجِبَةٌ عَلَى
الْفَوْرِ وَهُوَ مَنْدُوبٌ إلَى أَنْ يُصَلِّيَ رَكْعَتَيْنِ ثُمَّ
يَتُوبَ كَمَا فِي حَدِيثِ أَبِي بَكْرٍ الصِّدِّيقِ
“Demikian pula shalat taubat (termasuk shalat yang memiliki sebab dan
harus segera dilakukan, sehingga boleh dilakukan meskipun waktu
terlarang untuk shalat
[6]).
Jika seseorang berbuat dosa, maka taubatnya itu wajib, yaitu wajib
segera dilakukan. Dan disunnahkan baginya untuk melaksanakan shalat
taubat sebanyak dua raka’at. Lalu ia bertaubat sebagaimana keterangan
dalam hadits Abu Bakr Ash Shiddiq.”
[7]
Setelah seseorang mengetahui shalat taubat, ia pun harus memenuhi
syarat-syarat taubat. Apa saja syarat-syaratnya? Secara ringkas
dikatakan oleh para ulama sebagaimana disampaikan Ibnu Katsir,
“Menghindari dosa untuk saat ini.
Menyesali dosa yang telah lalu. Bertekad tidak melakukannya lagi di masa
akan datang. Lalu jika dosa tersebut berkaitan dengan hak sesama
manusia, maka ia harus menyelesaikannya/ mengembalikannya.”[8]
Secara lebih rinci, syarat-syarat taubat adalah:
1. Taubat dilakukan dengan ikhlas, bukan karena makhluk atau untuk tujuan duniawi.
2. Menyesali dosa yang telah dilakukan dahulu sehingga ia pun tidak
ingin mengulanginya kembali. Sebagaimana dikatakan oleh Malik bin Dinar,
“
Menangisi dosa-dosa itu akan menghapuskan dosa-dosa sebagaimana angin mengeringkan daun yang basah.”
[9] ‘Umar, ‘Ali dan Ibnu Mas’ud mengatakan bahwa taubat adalah dengan menyesal.
[10]
3. Tidak terus menerus dalam berbuat dosa saat ini. Maksudnya,
apabila ia melakukan keharaman, maka ia segera tinggalkan dan apabila ia
meninggalkan suatu yang wajib, maka ia kembali menunaikannya. Dan jika
berkaitan dengan hak manusia, maka ia segera menunaikannya atau meminta
maaf.
4. Bertekad untuk tidak mengulangi dosa tersebut di masa akan datang
karena jika seseorang masih bertekad untuk mengulanginya maka itu
pertanda bahwa ia tidak benci pada maksiat. Hal ini sebagaimana tafsiran
sebagian ulama yang menafsirkan taubat adalah bertekad untuk tidak
mengulanginya lagi.
[11]
5. Taubat dilakukan pada waktu diterimanya taubat yaitu sebelum
datang ajal atau sebelum matahari terbit dari arah barat. Jika dilakukan
setelah itu, maka taubat tersebut tidak lagi diterima.
[12]
Allah Ta’ala berfirman,
يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آَمَنُوا تُوبُوا إِلَى اللَّهِ تَوْبَةً نَصُوحًا
“Hai orang-orang yang beriman, bertaubatlah kepada Allah dengan taubatan nasuhaa (taubat yang semurni-murninya).” (QS. At Tahrim: 8)
Semoga Allah mudahkan kita untuk selalu taat kepada-Nya dan menjauhi
setiap dosa serta menjadikan kita hamba-hamba yang gemar bertaubat atas
dosa yang tidak bosan-bosannya dilakukan.
Amiin Yaa Mujibas Saailin.
Baca Selengkapnya :
https://rumaysho.com/1647-anjuran-shalat-taubat.html