Pengertian Tabayyun
Dari aspek bahasa, kata tabayyun memiliki 3 pengertian yang berdekatan seperti berikut :
1) Mencari kejelasan suatu masalah hingga tersingkap dengan jelas kondisi yang sebenarnya.
2) Mempertegas hakikat sesuatu.
3) Berhati-hati terhadap sesuatu dan tidak tergesa-gesa.
{
يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا إِنْ جَاءَكُمْ فَاسِقٌ
بِنَبَإٍ فَتَبَيَّنُوا أَنْ تُصِيبُوا قَوْمًا بِجَهَالَةٍ فَتُصْبِحُوا
عَلَى مَا فَعَلْتُمْ نَادِمِينَ (الحجرات : 6)
Hai orang-orang yang beriman, jika datang kepadamu orang fasik
membawa suatu berita, maka periksalah dengan teliti, agar kamu tidak
menimpakan suatu musibah kepada suatu kaum tanpa mengetahui keadaannya
yang menyebabkan kamu menyesal atas perbuatanmu itu. (Al Hujurat 6)
Menurut Istilah Syara’
Tabayyun adalah Ketidakhati-hatian terhadap informasi yang beredar
terkait dengan kaum muslimin tanpa didasari dengan pemahaman yang
mendalam. Hal ini sesuai dengan firman Allah berikut :
{إِذْ تَلَقَّوْنَهُ بِأَلْسِنَتِكُمْ وَتَقُولُونَ
بِأَفْوَاهِكُمْ مَا لَيْسَ لَكُمْ بِهِ عِلْمٌ وَتَحْسَبُونَهُ هَيِّنًا
وَهُوَ عِنْدَ اللَّهِ عَظِيمٌ (النور :15)}
(Ingatlah) di waktu kamu menerima berita bohong itu dari mulut ke
mulut dan kamu katakan dengan mulutmu apa yang tidak kamu ketahui
sedikit juga, dan kamu menganggapnya suatu yang ringan saja. Padahal
dia pada sisi Allah adalah besar. (An Nur 15)
Firman Allah dalam surat An Nur 15 itu sendiri merupakan penjelasan
terhadap peristiwa hadistul ifki (berita bohong) berupa fitnah keji yang
dihembuskan oleh Abdullah bin Ubay seorang dedengkot munafik kepada
Aisyah Radhiallahu ‘Anha. Dan kemudian Allah memberikan petunjuk bahwa
Aisyah suci dari segala fitnah, dan juga petunjuk bagaimana sikap yang
harus diambil untuk menghadapi fitnah.
Penyebab Lahirnya Sikap Tidak Tabbayun
1) Lupa
يقول رسول الله صلى الله عليه وسلم ( كل ابن آدم خطاء وخير الخطائين التوابون ).
Rasulullah bersabda, “Setiap anak adam rentan terhadap kesalahan.
Orang terbaik ketika bersalah adalah mereka-mereka yang bertaubat
secepatnya”.
2) Terpesona dengan istilah yang beredar.
قال النبي صلى الله عليه وسلم : ( إنكم
تختصمون إلى ولعلل بعضكم ألحن بحجته من بعض فمن قضيت له بحق أخيه شيئا
بقوله فإنما أقطع له قطعة من النار فلا يأخذها ).
Sabda Rasulullah saw, “Kalian mengadukan permasalahan yang kalian
perselisihkan kepadaku. Di antara kalian ada yang pintar bersilat lidah
dibanding dengan laiinnya. Barang siapa yang aku putuskan berhak
terhadap sebuah barang, padahal itu milik sesamanya, maka itu seperti
aku memberikannya setumpuk bara api. Karenanya, janganlah mengambilnya.
3) Tidak Mengetahui Metodologi Tabayyun
Kejahilan seseorang terhadap metodologi tabayun seringkali menjadi
penyebab utama tidak terjadinya mekanisme tabayun di tengah umat ini.
Pembahasan tentang metodologi tabayun Islami akan dijelaskan di bawah.
4) Terpesona Dengan Dunia
قوله سبحانه :{يَا أَيُّهَا
الَّذِينَ آمَنُوا إِذَا ضَرَبْتُمْ فِي سَبِيلِ اللَّهِ فَتَبَيَّنُوا
وَلَا تَقُولُوا لِمَنْ أَلْقَى إِلَيْكُمُ السَّلَامَ لَسْتَ مُؤْمِنًا
تَبْتَغُونَ عَرَضَ الْحَيَاةِ الدُّنْيَا فَعِنْدَ اللَّهِ مَغَانِمُ
كَثِيرَةٌ كَذَلِكَ كُنْتُمْ مِنْ قَبْلُ فَمَنَّ اللَّهُ عَلَيْكُمْ
فَتَبَيَّنُوا إِنَّ اللَّهَ كَانَ بِمَا تَعْمَلُونَ خَبِيرًا (النساء :
94) }
Hai orang-orang yang beriman, apabila kamu pergi (berperang) di jalan
Allah, maka telitilah dan janganlah kamu mengatakan kepada orang yang
mengucapkan “salam” kepadamu: “Kamu bukan seorang mukmin” (lalu kamu
membunuhnya), dengan maksud mencari harta benda kehidupan di dunia,
karena di sisi Allah ada harta yang banyak. Begitu jugalah keadaan kamu
dahulu, lalu Allah menganugerahkan nikmat-Nya atas kamu, maka telitilah.
Sesungguhnya Allah Maha Mengetahui apa yang kamu kerjakan. (An Nisa 94)
Metodologi tabayyun islami
1) Mengembalikan permasalahan kepada Allah dan Rasul-Nya serta ahli terkait.
قال سبحانه {وَإِذَا جَاءَهُمْ أَمْرٌ مِنَ الْأَمْنِ أَوِ
الْخَوْفِ أَذَاعُوا بِهِ وَلَوْ رَدُّوهُ إِلَى الرَّسُولِ وَإِلَى أُولِي
الْأَمْرِ مِنْهُمْ لَعَلِمَهُ الَّذِينَ يَسْتَنْبِطُونَهُ مِنْهُمْ
وَلَوْلَا فَضْلُ اللَّهِ عَلَيْكُمْ وَرَحْمَتُهُ لَاتَّبَعْتُمُ
الشَّيْطَانَ إِلَّا قَلِيلًا (النساء : 83)}
Dan apabila datang kepada mereka suatu berita tentang keamanan atau
pun ketakutan, mereka lalu menyiarkannya. Dan kalau mereka
menyerahkannya kepada Rasul dan Ulil Amri di antara mereka, tentulah
orang-orang yang ingin mengetahui kebenarannya (akan dapat)
mengetahuinya dari mereka (Rasul dan Ulil Amri). Kalau tidaklah karena
karunia dan rahmat Allah kepada kamu, tentulah kamu mengikut setan,
kecuali sebahagian kecil saja (di antaramu). (An Nisa 83)
2) Bertanya Langsung Kepada Pelaku Utama.
يا حاطب ما هذا ؟ فقال : يا رسول الله لا تعجل على إني كنت امرءا ملصقا
من المهاجرين من لهم قرابات يحمون بها أهلهم وأموالهم فأحببت إذا فاتني ذلك
من النسب فيهم أن أتخذ عندهم يدا يحمون قرابتي ولم أفعله ارتدادا عن ديني
ولا رضا بالكفر بعد الإسلام فعذره النبي صلى الله عليه وسلم وقال : ( أما
إنه قد صدقكم )
Sikap Rasulullah saw menyikapi Hatib bin Balta’ah dengan memanggilnya
lalu bertanya : kenapa engkau melakukannya ? Wahai Rasulullah.
Janganlah tergesa-gesa. Saya adalah orang muhajirin yang memiliki sanak
keluarga yang berusaha melindungi keluarganya. Karena saya tidak bisa
melakukannya, maka saya mencoba mencari orang yang dapat melindungi
kerabatku. Saya melakukannya bukan karena murtad dari Islam dan bukan
karena saya telah kafir. Lalu Rasulullah menerima alasannya dengan
mengatakan, “ia jujur”.
3) Mendengar Dengan Seksama dan Mericek Terus-Menerus Jika Memang Dibutuhkan.
Ketika Ali ra diberikan bendera perang Khaibar maka dengan segera ia
bergegas berangkat. Tapi di tengah perjalanan ia kebingungan tentang
missi peperangan yang diembannya. Ia pun berbalik arah ke Madinah demi
menanyakan missi peperangan tersebut Kepada Rasulullah Saw
علام أقاتل الناس ؟ فيرد عليه النبي صلى الله عليه وسلم قاتلهم
حتى يشهدوا أن لا إله إلا الله وأن محمداً عبده ورسوله ، فإذا فعلوا ذلك
فقد منعوا منا دماءهم وأموالهم إلا بحقها وحسابهم على الله “.
Dengan tujuan apa saya memerangi mereka ? Rasulullah menjawab,
“perangilah merka hingga mereka masuk Islam (bersayhadat). Jika mereka
telah melakukannya, maka darah dan harta mereka haram kita sentuh
kecuali dengan alasan yang benar……
4) Melakukan Pengecekan Khusus Melalui Pengamatan dan Pertemanan.
Ketika ada seseorang memuji orang lain di sampingnya, Umar bin
Khattab lalu berkata, “Apakah kamu pernah bepergian bersamanya ? Ia
menjawab : tidak. Umar melanjutkan : apakah kamu pernah mengadakan
transaksi binis dengannya ? Katanya : tidak. Kata umar : kalau begitu,
kamu diam saja. Saya pikir kamu hanya pernah melihatnya di masjid sambil
mengangkat dan menundukkan kepalanya.
5) Bertemu Secara Langsung Setelah Menjaring Informasi dari Pihak-Pihak yang Bertengkar.
Ketika Ali bin Abi Thalib hendak diutus sebagai hakim ke Yaman, Rasulullah mengarahkannya dengan berkata,
” إن الله سيهدى قلبك ، ويثبت لسانك ، فإذا جلس بين يديك
الخصمان فلا تقضين حتى تسمع من الآخر كما سمعت من الأول ، فإنه أحرى أن
يتبين لك القضاء “.
“Semoga Allah senantiasa memberimu petunjuk dan meneguhkan lisanmu.
Jika fihak berperkara menghadap kepadamu, maka jangan sekali-kali
memutuskan perkara tanpa mendengar kedua belah fihak. Karena yang
demikian akan memudahkan kamu memutuskan perkara dengan baik”.
Terapi Agar Kita bisa Selalu Tabayun
1) Memperkokoh ketakwaan kepada Allah swt.
Seseorang yang bertakwa kepada Allah akan diberikan furqan, yaitu
kemampuan untuk membedakan antara yang benar dan yang salah, hal ini
sebagaimana disampaikan dalam firman Allah berikut : “Hai orang-orang
yang beriman, jika kamu bertakwa kepada Allah, niscaya Dia akan
memberikan kepadamu furqaan dan menghapuskan segala
kesalahan-kesalahanmu dan mengampuni (dosa-dosa) mu. Dan Allah
mempunyai karunia yang besar”. (Al Anfal 29)
قوله صلى الله عليه وسلم :” التثبت من الله و العجلة من الشيطان “.
“Pelan-pelan itu dari Allah, sedangkan terburu-buru itu dari setan.” (
Musnad Abu Ya’la: 7/247, dishohihkan oleh al-Albani: 4/404)
2) Mengingat Peristiwa Ketika Manusia Dihisab di Hadapan Allah Swt.
{
وَقِفُوهُمْ إِنَّهُمْ مَسْئُولُونَ (الصافات:24}
Dan tahanlah mereka (di tempat perhentian) karena sesungguhnya mereka akan ditanya. (Ash Shofat 24)
{
إِنَّ السَّاعَةَ آتِيَةٌ أَكَادُ أُخْفِيهَا لِتُجْزَى كُلُّ نَفْسٍ بِمَا تَسْعَى}
(طه:15) .
Sesungguhnya hari kiamat itu akan datang Aku merahasiakan (waktunya)
agar supaya tiap-tiap diri itu dibalas dengan apa yang ia usahakan.
(Thoha 15)
3) Senantiasa Mengingat Urgensi Tabayyun
4) Memperbanyak mengkaji Al Quran dan Sunnah
5) Melihat Siroh Nabi
Tulisan ini merupakan resume kajian Ramadhan 1432 H di masjid Al
Amanah kementerian Keuangan yang disampaikan oleh Ustadz Ahmad Junaidi,
Lc
Sumber : http://www.masjidalamanah.com/2011/08/mericek-kebernaran-berita-tabayun-menjauhi-fitnah/